TUGAS HERPETOLOGI
MAKALAH KATAK SAWAH

OLEH:
NAMA : INCE S. TEFA
NIM : 1006051016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA
CENDANA
KUPANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan-Nya sehingga pembuatan makalah sebgai
tugas matakuliah HERPETOLOGI dengan judul “KATAK SAWAH” dapat terselesaikan
tepat waktu.
Dengan membuat tugas tersebut maka
saya di harapkan untuk mampu mempelajari lebih mendalam tentang hewan-hewan
yang di pelajari dalam ilmu HERPETOLOGI khususnya pada kelas amphibi dan lebih khusus lagi katak
sawah.
Dalam penyelesaian makalah tersebut,
saya mengalami kesulitan. Namun adanya dukungan dari temen-temen maka saya
dapat menyelesaiakannya. Karena itu ssaya mengucapkan terimakasih kepada
temen-teman yang telah memberikan dukungan kepada saya.
Saya sadar, bahwa
penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Dengan adanya
makalah ini, maka saya berharap kita semua dapat di beri pengertian lagi
tentang hewan-hewan yang ada disekitar kita, khususnya hewan yang pergerakannya
lambat khususnya kelas amphibi contonhya katak sawah.
KUPANG, 13 April 2013
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Katak
adalah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi
artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag
hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di
darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk
memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan
kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar
selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah
epidermis dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan kulit.
Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase, yaiu inspirasi dan ekspirasi. Katak
yang dijadian bahan penelitian kali ini adalah katak sawah (Rana
canorivara). Amfibi memiliki beragam
ciri morfologis yang berbeda antar ordo. Secara umum, semua amfibi memiliki
kulit yang tipis dan halus. Berberapa jenis menggunakan kulitnya untuk
respirasi dan pertukaran gas dengan udara. Sebagian besar jenis amfibi memiliki
mata yang besar untuk mencari mangsanya.
Taksonomi amfibi adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Kelas : Amfibia
Ordo : Gymnophiona
(Sesilia)
Apoda (Salamander)
Anura (Katak dan kodok)
Warna katak
bermacam-macam dengan pola yang berlainan. Hal ini disebabkan karena adanya pigmen
dalam dermis, yaitu :
1.
Melanopora,
berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna hitam atau coklat
2.
Lipopora berupa
warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning
3.
Gaunopora berupa
warna pigmen yang menyebabkan warna biru hijau
Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis
terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan
vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek
moyang reptil. Dari ketiga Ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya
kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara
dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan
Taiwan.
Katak sawah adalah jenis katak yang terdapat banyak di Indonesia, termasuk daerah
di NTT. Hal tersebut di sebabkan karena di NTT terdapat banyak lahan
persawahan. Dimana sawah merupakan habitat yang paling disukai oleh hewan
tersebut.
b.
Rumusan
Masalah
·
Bagaimana karakteristik dari katak
sawah?
·
Dimana habitat katak sawah?
·
Bagaimana fisiologi sistem organ dari
katak sawah?
BAB II
ISI
Katak sawah ialah sejenis katak yang banyak hidup di
sawah-sawah, rawa, parit dan selokan, sampai ke rawa-rawa bakau. Nama ilmiahnya
Fejervarya cancrivora, dan dalam bahas Inggris dikenal sebagai marsh frog,
rice-field frog atau crab-eating frog; nama yang terakhir diberikan karena
kegemaran kodok ini memangsa ketam sawah (Lat.cancer ketam, vorare makan,
memangsa). Kebanyakan orang akan menyebutnya sebagai Kodok. Sedangkan jika di
perhatikan dengan seksama sangat jelas sekali bahwa hewan tersebut termasuk
dalam kelompok Katak..
Klasifikasi ilmiah dari katak sawah adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amfibia
Bangsa : Anura
Suku : Ranidae
Marga : Fejervarya
Jenis :
Fejervarya cancrivora
A.
Karakteristik
Umum
Katak sawah memiliki tubuh yang Kecil sampai agak Besar. Gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang
berotot besar .Katak jantan dewasa memiliki ukuran sekitar 60 mm dan betina
dewasa berukuran sekitar 70-80 mm. Namun yang terbesar bisa sampai dengan 120
mm SVL (snout vent length, dari moncong ke anus).Spesimen yan kecil agak sulit
dibedakan dengan Kodok Tegalan (F.lomnocharis). Pungungnya berwarna lumpur
kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris.Terkadang terdapat
warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan
lipatan paha dengan bercak-bercak hitam.Kaki depan dan belakang kerap
bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat
lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil
atau pematang.Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali
pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal
jari pertama) kaki, bentuknya memanjang.
B. Karakteristik Eksternal
Tubuh katak sawah terbagi menjadi kepala dan badan (tidak
ada leher). Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat
panjang).Kulit lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal,
mata dorsal, besar, membran timpaniv, dorsal berada
di belakang dekat mata. Mulut sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari
kelima rudimenter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari –
jari. Kulit katak sawah
memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak
dapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat
berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak
juga berfungsi dalam pertukaran gas
C. Habitat
Katak sawah dapat hidup di hutan primer hingga area
persawahan. Katak sawah banyak di jumpai di daerah persawahan, karena sawah
merupakan habitat dari katak sawwah yang di buat oleh manusia dan paling di
sukai oleh hewan tersebut. Katak sawah sangat berlimpah pada saat umur padi
masih muda, karena ketersediaanair masih banyak dan menggenangi semuapermukaan
tanah petak persawahan. Kelimpahannya akan menurun sejalan dengan berkurangnya
ketersediaan air. Persawahan merupakan tempat bagi katak sawah untuk berkembang
biak, mencari makan dan tumbuh dewasa. Seluruh siklus hidupnya berlangsung di
sawah. Katak tersebut dapat di jumpai pada ketinggian tempat antara 0-1500 m
dari permukaan laut. Pada umumnya katak hijau banyak di jumpai pada areal
persawahan yang terletak pada dataran rendah (0-300 m dpl).
D.
Morfologi dan Fisiologi Sistem Organ
1.
Sistem Skeleton
Tengkorak dari katak sawah terdiri
dari kranium kecil, tulang muka yang lebar, pipih. Tulang orbital besar, dan
rahang sangat lebar. Kolumna vertebralis terdiri dari 10 elemen, yang pertama di
sebut tukang atlas, yang ke-9 tulang sakral, dan ke-10 tulang urostil ( yang
sangat memanjang). Semua vertebrae, kecuali pertama, kesembilan, dan kesepuluh
mempunyai prosessus transversal yang panjang disebut rusuk. Terdapat sternum (tulang dada) yang
di hubungkan dengan sabuk pektoral (sabuk dada). Bagian belakang dari rangka
katak sawah terdiri dari klavikula, korakoid, skapula, dan supraskapula
(kartilago). Sabuk pelvik terdiri dari illium, iskium, dan falang. Pada bagain
kakinya, skeleton kaki depan terdiri dari humerus, radio-ulna, karpal, falang.
Skeleton kaki belakang terdiri dari femur,tibio-fibula, tarsal, dan falang.
2.
Sistem Otot
Secara majemuk, sistem otot katak
sawah berbeda dari susunan miotom primitif, terutama dalam apendiks. Otot–otot
segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratasnya berotot besar.
3.
Sistem Pencernaan
Sistem
pencernaan pada katak sawah terdiri dari mulut, kerongkongan, dari kerongkongan
akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa makanan akan dibuang
melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Mulut dengan banyak gegi – gerigi
kecil di sepanjang rahang atas, dan gigi vomerin pada langit – langit mulut. Lidah
berotot dan bifurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian
anterior mulut.
Saluran
pencernaan mulai dari esofagus (berdinding lurus dan besar) langsung bersatu
dengan lambung.Lambung memanjang dan berkelok ke samping kiri, dan berotot.Usus
terdiri dari intestinum (kecil, panjang, berkelok – kelok), rektum yang
langsung bersatu dengan kloaka.
Baik
hati maupun pankreas mempunyai saluran – saluran menuju ke duodenum. Ada
kandung empedu. Baik lambung maupun intestinum pada potongan melintang terdiri
dari 4 lapisan, yaitu ;
Peritonium, Lapisan otot, Submukosa, dan Mukosa.
4.
Sistem Respirasi
Sistem pernapasan pada katak untuk
katak dewasa dan larva selama proses perkembangan katak sawah berbeda seperti
katak lainnnya. Dimana pada berudu terdapat insang eksternal dan (kemudian)
insang inteernal. Katak dewasa bernapas dengan paru – paru, yaitu berupa
kantung – kantung yang pada dindingnya terdapat banyak ruang. Paru – paru
berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronki, laring, (kotak suara) yang
mengandung tali – tali vokal, lalu faring dan lorong – lorong nasal. Lubang
dari faring ke laring berupa celah longitudinal yang di sebut glottis. Lubang –
lubang dalam dari lorong – lorong nasal itu di sebut nares internal ( hidung
dalam). Pertukaran gas terjadi melalui kulit.
5.
Sistem Sirkulasi
Jantung katak sawah terdiri 2
aurikel dan satu ventrikel. Aliran darah dari jantung yaitu darah dari
sinusvenosus masuk ke dalam aurikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel melalui
trunkus anteriosus yang bercabang dua di sebelah anterior jantung, lalu terbagi
pada setiap sisi tubuh menjadi tiga pokok, yaitu ;arteri karotis,
arterisistemik, dan arteri pulmo-kutaneus (berurutan dari anterior ke
pasterior). Tiap arteri karotis interna dan karotis eksterna yang menuju ke
dalam kepala. Arteri pulmo-kutaneus membuat cabang – cabang ke paru – paru dan
kulit.Arteri sistemik (2 buah) bersatu menjadi aorta dorsal. Aorta dorsal itu
bercabang – cabang menjadi seliako-mesenterik (lambung, hati, intestinum),
segmental(otot – otot), renal (mesonefros), genital(gonad), dan iliakal (kaki –
kaki).
Sedangkan
darah dari paru – paru kembali ke aurikel kiri melalui vena pulmonary. Semua
darah memasuki aurikel kanan, terus melalui sinus venosus (berupa kantong besar
di sebelah sisi dorsal). Sinus venosus menerima dua vena cava anterior yang
membawa darah dari bagian anterior tubuh, dan 1 vena cava posterior yang
membawa darah dari mestanofers dan mengalirkannya langsung ke hati (tidak dalam
kapiler – kapiler) dan terus ke jantung. Darah masuk ke dalam jaringan hati
baik dari arteri hepatic (cabang seliako-mesenterik) atau pun dari vena porta
hepatic yang membawa darah dari lambung dan usus.
6. Sistem Ekskresi
Katak sawah memiliki ginjal tipe mesonefroid
dan saluran – saluran kemih yang di sebut saluran – saluran Wolff (atau saluran
– saluran mesonefros).
Saluran
– saluran itu langsung membawa secret ke kloaka, walaupun terdapat juga kandung
kemih di sebelah sisi ventral kloaka.
7.
Sistem
Saraf
Otak katak sawah terbagi atas 5 bagian dan sarebellum merupakan
bagian yang terkecil.
Ada
10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brekeal (serabut –
serabut saraf yang silang – menyilang). Saraf ke-7, ke-8, ke-9 membentuk
pleksus inskiadikus. Sesuai dengan adanya pelebaran korda saraf, maka di sini
terdapat saraf brakial dan saraf lumba.
8.
Sistem Sensori
Mata, katak sawah terdiri dari 3
kelopak, yaitu kelopak mata atas, kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata
ketiga yang transparan, yang di sebut membrane niktitans. Bola mata kurang
lebih sferis (bulat). Permukaan luarnya tertutup dengan konjuntiva tipis
transparan (yang bergerak berbalik di bawah kelopak mata). Di bawa konjuntiva
terdapat kornea yang tebal tetapi juga transparan.Kornea itu terus
berkesinambungan dengan sclera yaitu penutup luar bola yang tidak tembus
cahaya. Di bawa sklera terdapat koroid yang bagian depannya bersatu dengan laci
berbentuk “kue donat”, tetapi tidak berkontak dengan kornea, dan yang di sebut
dengan iris. Lubang dalam iris itu adalah pupil.Lensa kritalin terletak tepat
di bagian belakang iris, mentup pupil.Sebelah kanan bola mata terdapat jaringan
saraf yang di sebut retina, terus melanjut sebagai sarafoptikus.Ruang dalam
lensa dan iris mengandung humor aqueus (cairan seperti air).Ruang di belakang
lensa dan iris di isi dengan houmor vitreus (cairan seperti kaca). Mata pada katak sawah di gerakkan
oleh 6 otot, yaitu otot – otot seprior, inferiol, rektus internal, rektus
eksternal, oblikus inferior, dan oblikus superior. Dan juga saraf kranial III,
IV, dan VI menginervasi otot – otot mata itu.
Katak sawah memiliki telinga, dengan
organ–organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 saluran semisirkular,
yaitu vertical anterior, vertical posterior, dan horizontal. Membran timpani
(dalam telinga tengah, tapi tidak ada telinga luar), membawa impuls –
impuls ke kolumella, yaitu tulang tipis dan telinga tengah yang memancarkan
impuls – impuls melalui stapes ke koklea, yaitu organ pendengaran. Telinga
tengah berhubungan dengan faring melalui tabung tabung Eustachii.
9.
Kelenjar Endokrin
Pada katak sawah kelenjar pituitari
(‘hipofisis’) terletak di bawah otak, yang terdiri dari 3 lobus dimana masing – masing menghasilkan hormon. Lobus
anterior membuat hormon peransang pertumbuhan dan peransang metamorphosis, dan
juga hormon peransang gonad. Hormon peransang yang terdapat dalam
urin wanita hamil itu berefek sama dengan hormone perangsang gonad yang di buat
oleh katak sawah. Inilah dasar penggunaan katak dalam uji kehamilan pada wanita.
Lobus
intermedus membuat hormon untuk mengendalikan perluasan (ekspansi) sel – sel
pigmen, dan berakibat menjadi lebih gelapnnya warnah kulit katak sawah. Lobus
posterior membuat hormon yang berhubungan dengan keseimbangan air dan kontraksi
otot – otot polos.
Selain kelenjar pituatari, juga
terdapat kelenjar tiroid, yang terdiri atas dua buah lobus, masing – masing di
dekat dasr arteri karotis internal. Sekretnya (hormone) mungkin meransang
aktivitas metabolic pada umumnya. Secara
deftinitif, hormone itu meransang metamorphosis dari berudu menjadi katak
dewasa.
Pulau – pulau Lagerhans dalam pancreas, mungkin mengatur
keseimbangan karbohidrat antara darah dan hati.
Pada katak sawah juga terdapat kelenjar
adrenal yang mengandung dua tipe jaringan khas seperti pada manusia, yaitu
jaringan korteks dan medulla. Pada katak, kelenjar adrenalnya terletak di
sepanjang permukaan ginjal. Medulla menghasilkan epinefrin yang menyebabkan
kontraksi otot polos pada beberapa arteri sedang arteriol – arteriol dalam otot
bergaris relaksasi dan jantung teransang. Gonad juga membuat hormon yang
berhubungan dengan karakteristik seksual sekunder, yaitu ibu jari yang
membengkak pada katak jantan salam musim perkawinan itu di sebabkan oleh secret
(hormon) yang di buat oleh testes.
10. Reproduksi Dan Perkembangan
Fertilisasi pada katak sawah seperti
katak pada umumnya yaitu terjadi fertilisasi eksternal. Fertilisasi eksternel,
terjadi dimana katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu
ketika telur di lepaskan segera sperma di semprotkan). Katak betina mempunyai 2
ovarium, yang terletak di sebelah ventral mesonefros. Telur dewasa keluar lalu
masuk ke dalam selom, lalu tertarik ke dalam ovinduk. Di sekitar sejumlah telur
itu, terbentuk selubung gelatinosa dan pembentukan selubung itu terjadi ketika
telur masih dalam ovinduk. Katak sawah jantan mempunyai 2 testes yang
berhubungan dengan ‘ginjal’ melalui beberapa vasa efrensia. Spermatozoa
mencapai kloaka melalui saluran Wolff. Perkembangan selanjutnya terjadi dalam air. Pembelahan total
inekual. Gastrulasi berakhir terutama setelah terbentuknya 2 lapisan mesoderm.
Dalam perkembangan selanjutnya terbentuk stadium larva akuatis, yang bernapas
dengan insang dan di sebut berudu, dan dengan metamorphosis terjadi katak
dewasa
BAB II
PENUTUP
·
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat di ambil beberapa
kesimpulan yaitu:
1.
Karakteristik
dari katak sawah dilihat dari morfologinya yaitu pungungnya berwarna lumpur
kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris.Terkadang terdapat
warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan
lipatan paha dengan bercak-bercak hitam.Kaki depan dan belakang kerap
bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat
lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil
atau pematang.Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali
pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal
jari pertama) kaki, bentuknya memanjang. Ukuran tubuhnya dari kecil sampai
besar.
2.
Sesuai
dengan namanya, kiatak tersebut hidup di sawah, namun ada juga yang hidup di
rawa namun jumlah lebih sedikit dari pada yang ada di sawah
3.
Fisiologi
sistem organ pada katak sawah miri dengan fisiologi katak pada umunya.
4.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1. 2008. Jurnal Publikasi Fauna Indonesia. http://www.biologi.lipi.go.id/jurnal/
publikasi/Fauna %20Indonesia%20Vol.%208%281%29%202008.pdf
Anonim2. 2010.
Kodok Sawah. http://myaluzz.wordpress.com/2010/05/29/kodok-kodok-sawah/