Senin, 13 Mei 2013

katak sawah



TUGAS HERPETOLOGI
MAKALAH KATAK SAWAH


OLEH:
NAMA :         INCE S. TEFA
NIM    :           1006051016

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunan-Nya sehingga pembuatan makalah sebgai tugas matakuliah HERPETOLOGI dengan judul “KATAK SAWAH” dapat terselesaikan tepat waktu.  
Dengan membuat tugas tersebut maka saya di harapkan untuk mampu mempelajari lebih mendalam tentang hewan-hewan yang di pelajari dalam ilmu HERPETOLOGI khususnya pada  kelas amphibi dan lebih khusus lagi katak sawah.
Dalam penyelesaian makalah tersebut, saya mengalami kesulitan. Namun adanya dukungan dari temen-temen maka saya dapat menyelesaiakannya. Karena itu ssaya mengucapkan terimakasih kepada temen-teman yang telah memberikan dukungan kepada saya.
Saya sadar, bahwa penulisan makalah  ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Dengan adanya makalah ini, maka saya berharap kita semua dapat di beri pengertian lagi tentang hewan-hewan yang ada disekitar kita, khususnya hewan yang pergerakannya lambat khususnya kelas amphibi contonhya katak sawah.


KUPANG, 13 April 2013

PENULIS


BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Katak adalah satu anggota dari kelas Amphibia. Amphibia berasal dari kata amphi artinya rangkap dan bios artinya kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup dengan dua bentuk kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila hewan berada di luar air untuk memyngkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah. Setiap kelenjar berbentuk piala, terdapat tepat di bawah epidermis dan salurannya melelui epidermis bermuara di permukaan kulit. Mekanisme pernapasannya meliputi dua fase, yaiu inspirasi dan ekspirasi. Katak yang dijadian bahan penelitian kali ini adalah katak sawah (Rana canorivara).  Amfibi memiliki beragam ciri morfologis yang berbeda antar ordo. Secara umum, semua amfibi memiliki kulit yang tipis dan halus. Berberapa jenis menggunakan kulitnya untuk respirasi dan pertukaran gas dengan udara. Sebagian besar jenis amfibi memiliki mata yang besar untuk mencari mangsanya.
Taksonomi amfibi adalah sebagai berikut:
Kingdom       :  Animalia
Phylum          :  Chordata
Sub-phyllum  :  Vertebrata
Kelas            :  Amfibia
Ordo             :  Gymnophiona (Sesilia)
                        Apoda (Salamander)
                        Anura (Katak dan kodok)
Warna katak bermacam-macam dengan pola yang berlainan. Hal ini disebabkan karena adanya pigmen dalam dermis, yaitu :
1.      Melanopora, berupa warna pigmen yang dapat menyebabkan warna hitam atau coklat
2.      Lipopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna merah kuning
3.      Gaunopora berupa warna pigmen yang menyebabkan warna biru hijau
            Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptil. Dari ketiga Ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan Taiwan. Katak sawah adalah jenis katak yang terdapat banyak di Indonesia, termasuk daerah di NTT. Hal tersebut di sebabkan karena di NTT terdapat banyak lahan persawahan. Dimana sawah merupakan habitat yang paling disukai oleh hewan tersebut. 

b.      Rumusan Masalah
·        Bagaimana karakteristik dari katak sawah?
·        Dimana habitat katak sawah?
·        Bagaimana fisiologi sistem organ dari katak sawah?



BAB II
ISI

Katak sawah ialah sejenis katak yang banyak hidup di sawah-sawah, rawa, parit dan selokan, sampai ke rawa-rawa bakau. Nama ilmiahnya Fejervarya cancrivora, dan dalam bahas Inggris dikenal sebagai marsh frog, rice-field frog atau crab-eating frog; nama yang terakhir diberikan karena kegemaran kodok ini memangsa ketam sawah (Lat.cancer ketam, vorare makan, memangsa). Kebanyakan orang akan menyebutnya sebagai Kodok. Sedangkan jika di perhatikan dengan seksama sangat jelas sekali bahwa hewan tersebut termasuk dalam kelompok Katak..
Klasifikasi ilmiah dari katak sawah adalah sebagai berikut:
Kerajaan          :           Animalia
Filum                :           Chordata
Kelas               :           Amfibia
Bangsa             :           Anura
Suku                :           Ranidae
Marga              :           Fejervarya
Jenis                 :           Fejervarya cancrivora


A.     Karakteristik Umum
Katak sawah memiliki tubuh yang  Kecil sampai agak Besar.  Gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar .Katak jantan dewasa memiliki ukuran sekitar 60 mm dan betina dewasa berukuran sekitar 70-80 mm. Namun yang terbesar bisa sampai dengan 120 mm SVL (snout vent length, dari moncong ke anus).Spesimen yan kecil agak sulit dibedakan dengan Kodok Tegalan (F.lomnocharis). Pungungnya berwarna lumpur kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris.Terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak hitam.Kaki depan dan belakang kerap bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil atau pematang.Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal jari pertama) kaki, bentuknya memanjang. 


B.     Karakteristik Eksternal
Tubuh katak sawah terbagi menjadi kepala dan badan (tidak ada leher). Terdapat dua pasang apendiks lokomotor (yang belakang sangat panjang).Kulit lunak, tidak bersisik. Lubang hidung antori-dorsal,  mata  dorsal, besar, membran timpaniv, dorsal berada di belakang dekat mata. Mulut sangat lebar. Tiap tangan mempunyai 4 jari, jari kelima rudimenter. Tiap kaki mempunyai 5 buah jari dengan selaput antar jari – jari. Kulit katak sawah memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit katak dapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak juga berfungsi dalam pertukaran gas

C.     Habitat
Katak sawah dapat hidup di hutan primer hingga area persawahan. Katak sawah banyak di jumpai di daerah persawahan, karena sawah merupakan habitat dari katak sawwah yang di buat oleh manusia dan paling di sukai oleh hewan tersebut. Katak sawah sangat berlimpah pada saat umur padi masih muda, karena ketersediaanair masih banyak dan menggenangi semuapermukaan tanah petak persawahan. Kelimpahannya akan menurun sejalan dengan berkurangnya ketersediaan air. Persawahan merupakan tempat bagi katak sawah untuk berkembang biak, mencari makan dan tumbuh dewasa. Seluruh siklus hidupnya berlangsung di sawah. Katak tersebut dapat di jumpai pada ketinggian tempat antara 0-1500 m dari permukaan laut. Pada umumnya katak hijau banyak di jumpai pada areal persawahan yang terletak pada dataran rendah (0-300 m dpl).




D.    Morfologi dan Fisiologi Sistem Organ

1.      Sistem Skeleton

Tengkorak dari katak sawah terdiri dari kranium kecil, tulang muka yang lebar, pipih. Tulang orbital besar, dan rahang sangat lebar. Kolumna vertebralis terdiri dari 10 elemen, yang pertama di sebut tukang atlas, yang ke-9 tulang sakral, dan ke-10 tulang urostil ( yang sangat memanjang). Semua vertebrae, kecuali pertama, kesembilan, dan kesepuluh mempunyai prosessus transversal yang panjang disebut rusuk. Terdapat sternum (tulang dada) yang di hubungkan dengan sabuk pektoral (sabuk dada). Bagian belakang dari rangka katak sawah terdiri dari klavikula, korakoid, skapula, dan supraskapula (kartilago). Sabuk pelvik terdiri dari illium, iskium, dan falang. Pada bagain kakinya, skeleton kaki depan terdiri dari humerus, radio-ulna, karpal, falang. Skeleton kaki belakang terdiri dari femur,tibio-fibula, tarsal, dan falang.

2.      Sistem Otot
Secara majemuk, sistem otot katak sawah berbeda dari susunan miotom primitif, terutama dalam apendiks. Otot–otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratasnya berotot besar.

3.      Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada katak sawah terdiri dari mulut, kerongkongan, dari kerongkongan akan masuk ke lambung, usus halus, usus besar, dan sisa makanan akan dibuang melalui kloaka setelah diserap oleh tubuh. Mulut dengan banyak gegi – gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan gigi vomerin pada langit – langit mulut. Lidah berotot dan bifurkat (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esofagus (berdinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung.Lambung memanjang dan berkelok ke samping kiri, dan berotot.Usus terdiri dari intestinum (kecil, panjang, berkelok – kelok), rektum yang langsung bersatu dengan kloaka. Baik hati maupun pankreas mempunyai saluran – saluran menuju ke duodenum. Ada kandung empedu. Baik lambung maupun intestinum pada potongan melintang terdiri dari 4 lapisan, yaitu ; Peritonium, Lapisan otot, Submukosa, dan Mukosa.
4.      Sistem Respirasi
Sistem pernapasan pada katak untuk katak dewasa dan larva selama proses perkembangan katak sawah berbeda seperti katak lainnnya. Dimana pada berudu terdapat insang eksternal dan (kemudian) insang inteernal. Katak dewasa bernapas dengan paru – paru, yaitu berupa kantung  – kantung yang pada dindingnya terdapat banyak ruang. Paru – paru berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronki, laring, (kotak suara) yang mengandung tali – tali vokal, lalu faring dan lorong – lorong nasal. Lubang dari faring ke laring berupa celah longitudinal yang di sebut glottis. Lubang – lubang dalam dari lorong – lorong nasal itu di sebut nares internal ( hidung dalam). Pertukaran gas terjadi melalui kulit.

5.      Sistem Sirkulasi
Jantung katak sawah terdiri 2 aurikel dan satu ventrikel. Aliran darah dari jantung yaitu darah dari sinusvenosus masuk ke dalam aurikel kanan. Darah meninggalkan ventrikel melalui trunkus anteriosus yang bercabang dua di sebelah anterior jantung, lalu terbagi pada setiap sisi tubuh menjadi tiga pokok, yaitu ;arteri karotis, arterisistemik, dan arteri pulmo-kutaneus (berurutan dari anterior ke pasterior). Tiap arteri karotis interna dan karotis eksterna yang menuju ke dalam kepala. Arteri pulmo-kutaneus membuat cabang – cabang ke paru – paru dan kulit.Arteri sistemik (2 buah) bersatu menjadi aorta dorsal. Aorta dorsal itu bercabang – cabang menjadi seliako-mesenterik (lambung, hati, intestinum), segmental(otot – otot), renal (mesonefros), genital(gonad), dan iliakal (kaki – kaki). Sedangkan darah dari paru – paru kembali ke aurikel kiri melalui vena pulmonary. Semua darah memasuki aurikel kanan, terus melalui sinus venosus (berupa kantong besar di sebelah sisi dorsal). Sinus venosus menerima dua vena cava anterior yang membawa darah dari bagian anterior tubuh, dan 1 vena cava posterior yang membawa darah dari mestanofers dan mengalirkannya langsung ke hati (tidak dalam kapiler – kapiler) dan terus ke jantung. Darah masuk ke dalam jaringan hati baik dari arteri hepatic (cabang seliako-mesenterik) atau pun dari vena porta hepatic yang membawa darah dari lambung dan usus.

6.      Sistem Ekskresi
Katak sawah memiliki ginjal tipe mesonefroid dan saluran – saluran kemih yang di sebut saluran – saluran Wolff (atau saluran – saluran mesonefros). Saluran – saluran itu langsung membawa secret ke kloaka, walaupun terdapat juga kandung kemih di sebelah sisi ventral kloaka.

7.      Sistem Saraf
Otak katak sawah  terbagi atas 5 bagian dan sarebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brekeal (serabut – serabut saraf yang silang – menyilang). Saraf ke-7, ke-8, ke-9 membentuk pleksus inskiadikus. Sesuai dengan adanya pelebaran korda saraf, maka di sini terdapat saraf brakial dan saraf lumba.

8.      Sistem Sensori
Mata, katak sawah terdiri dari 3 kelopak, yaitu kelopak mata atas, kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata ketiga yang transparan, yang di sebut membrane niktitans. Bola mata kurang lebih sferis (bulat). Permukaan luarnya tertutup dengan konjuntiva tipis transparan (yang bergerak berbalik di bawah kelopak mata). Di bawa konjuntiva terdapat kornea yang tebal tetapi juga transparan.Kornea itu terus berkesinambungan dengan sclera yaitu penutup luar bola yang tidak tembus cahaya. Di bawa sklera terdapat koroid yang bagian depannya bersatu dengan laci berbentuk “kue donat”, tetapi tidak berkontak dengan kornea, dan yang di sebut dengan iris. Lubang dalam iris itu adalah pupil.Lensa kritalin terletak tepat di bagian belakang iris, mentup pupil.Sebelah kanan bola mata terdapat jaringan saraf yang di sebut retina, terus melanjut sebagai sarafoptikus.Ruang dalam lensa dan iris mengandung humor aqueus (cairan seperti air).Ruang di belakang lensa dan iris di isi dengan houmor vitreus (cairan seperti kaca). Mata pada katak sawah di gerakkan oleh 6 otot, yaitu otot – otot seprior, inferiol, rektus internal, rektus eksternal, oblikus inferior, dan oblikus superior. Dan juga saraf kranial III, IV, dan VI menginervasi otot – otot mata itu.
Katak sawah memiliki telinga, dengan organ–organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3 saluran semisirkular, yaitu vertical anterior, vertical posterior, dan horizontal. Membran timpani (dalam telinga  tengah, tapi tidak ada telinga luar), membawa impuls – impuls ke kolumella, yaitu tulang tipis dan telinga tengah yang memancarkan impuls – impuls melalui stapes ke koklea, yaitu organ pendengaran. Telinga tengah berhubungan dengan faring melalui tabung tabung Eustachii.

9.      Kelenjar Endokrin
Pada katak sawah kelenjar pituitari (‘hipofisis’) terletak di bawah otak, yang terdiri dari  3 lobus dimana  masing – masing menghasilkan hormon. Lobus anterior membuat hormon peransang pertumbuhan dan peransang metamorphosis, dan juga hormon peransang gonad. Hormon peransang yang terdapat dalam urin wanita hamil itu berefek sama dengan hormone perangsang gonad yang di buat oleh katak sawah. Inilah dasar penggunaan katak dalam uji kehamilan pada wanita. Lobus intermedus membuat hormon untuk mengendalikan perluasan (ekspansi) sel – sel pigmen, dan berakibat menjadi lebih gelapnnya warnah kulit katak sawah. Lobus posterior membuat hormon yang berhubungan dengan keseimbangan air dan kontraksi otot – otot polos.
Selain kelenjar pituatari, juga terdapat kelenjar tiroid, yang terdiri atas dua buah lobus, masing – masing di dekat dasr arteri karotis internal. Sekretnya (hormone) mungkin meransang aktivitas metabolic  pada umumnya.  Secara deftinitif, hormone itu meransang metamorphosis dari berudu menjadi katak dewasa.
Pulau – pulau Lagerhans dalam pancreas, mungkin mengatur keseimbangan karbohidrat antara darah dan hati.
Pada katak sawah juga terdapat kelenjar adrenal yang mengandung dua tipe jaringan khas seperti pada manusia, yaitu jaringan korteks dan medulla. Pada katak, kelenjar adrenalnya terletak di sepanjang permukaan ginjal. Medulla menghasilkan epinefrin yang menyebabkan kontraksi otot polos pada beberapa arteri sedang arteriol – arteriol dalam otot bergaris relaksasi dan jantung teransang. Gonad juga membuat hormon yang berhubungan dengan karakteristik seksual sekunder, yaitu ibu jari yang membengkak pada katak jantan salam musim perkawinan itu di sebabkan oleh secret (hormon) yang di buat oleh testes.

10.  Reproduksi Dan Perkembangan
Fertilisasi pada katak sawah seperti katak pada umumnya yaitu terjadi fertilisasi eksternal. Fertilisasi eksternel, terjadi dimana katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur di lepaskan segera sperma di semprotkan). Katak betina mempunyai 2 ovarium, yang terletak di sebelah ventral mesonefros. Telur dewasa keluar lalu masuk ke dalam selom, lalu tertarik ke dalam ovinduk. Di sekitar sejumlah telur itu, terbentuk selubung gelatinosa dan pembentukan selubung itu terjadi ketika telur masih dalam ovinduk. Katak sawah jantan mempunyai 2 testes yang berhubungan dengan ‘ginjal’ melalui beberapa vasa efrensia. Spermatozoa mencapai kloaka melalui saluran Wolff. Perkembangan selanjutnya terjadi dalam air. Pembelahan total inekual. Gastrulasi berakhir terutama setelah terbentuknya 2 lapisan mesoderm. Dalam perkembangan selanjutnya terbentuk stadium larva akuatis, yang bernapas dengan insang dan di sebut berudu, dan dengan metamorphosis terjadi katak dewasa



BAB II
PENUTUP
·        KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Karakteristik dari katak sawah dilihat dari morfologinya yaitu pungungnya berwarna lumpur kecoklatan dengan bercak-bercak gelap yang tidak simetris.Terkadang terdapat warna hijau lumut terang pada individu dengan ukran yang besar. Sisi tubuh dan lipatan paha dengan bercak-bercak hitam.Kaki depan dan belakang kerap bercoreng-coreng hitam. Bibir juga berbelang 2-3 belang hitam. Terdapat lipatan-lipatan kulit tipis memanjang di atas punggung, serupa jalur bintil atau pematang.Kaki dengan selaput renang yang penuh sampai ujung jari, kecuali pada jari kaki keempat. Bintil metatarsal tunggal, terdapat sisi dalam (pangkal jari pertama) kaki, bentuknya memanjang. Ukuran tubuhnya dari kecil sampai besar.
2.      Sesuai dengan namanya, kiatak tersebut hidup di sawah, namun ada juga yang hidup di rawa namun jumlah lebih sedikit dari pada yang ada di sawah
3.      Fisiologi sistem organ pada katak sawah miri dengan fisiologi katak pada umunya.

4.       
DAFTAR PUSTAKA



3 komentar: